Sabtu, 14 Juli 2012

Asal Muasal Terjadinya Lubang Hitam

Black Holes atau Lubang Hitam merupakan evolusi tahap akhir dari kematian sebuah bintang raksasa yang memiliki massa 10-15 kali massa Matahari.
Nah, bagaimana bintang bisa mati?
Ketika sebuah bintang kehabisan bahan bakar karena Hidrogen sudah habis menjadi Helium (proses fusi) maka bintang akan mendingin dan kekuatan gravitasi bintang menjadi dominan yang menyebabkan lapisan luar bintang runtuh ke arah inti (pusat gravitasi). Proses pada tahap akhir kematian bintang berbeda-beda sesuai dengan besar massa bintang tersebut.
Sehingga bintang yang sudah mati bisa menjadi bermacam-macam obyek, seperti bintang katai putih (bintang kerdil putih), bintang neutron, lubang hitam, pulsar, dll.
Bintang yang memiliki massa lebih besar dari Matahari, saat proses fusi terhenti akan terjadi dorongan gravitasi ke dalam massa bintang (tarikan gravitasi ke arah pusat bintang). Karena inti bintang mendapat tekanan yang tinggi dari luar maka inti memberikan reaksi keluar sehingga ukuran bintang menjadi sangat besar dan berwarna merah (red giant). Pada tahap ini bintang akan mengembang menjadi ukuran raksasa, sementara di bagian dalamnya, pusat bintang akan menghasilkan gravitasi dan memulai terjadinya pengerutan. Saat mengerut pusat bintang menjadi lebih panas dan rapat. Pada titik ini, sejumlah reaksi nuklir mulai terjadi dan bisa menghentikan keruntuhan pusat bintang untuk sementara. Perlu diingat, hanya Sementara. Saat di pusat bintang hanya tersisa besi, maka tak ada lagi pembakaran. Saat fusi tak lagi terjadi, dalam hitungan detik, bintang memulai fasa akhirnya yakni keruntuhan gravitasi. Temperatur di pusat bintang naik melebihi 100 miliar derajad, kemudian pusat bintang mengalami tekanan dan mengecil namun kemudian mengembang menjadi super raksasa (supergiant) secara tiba-tiba. Energi pengembangan ini ditransfer ke selubung bintang, yang kemudian memicu terjadinya ledakan dengan kekuatan maha dahsyat serta memancarkan cahaya yang sangat besar dan terang yang disebut sebagai Supernova.
Dengan kata lain, bintang yang menjadi supergiant bersifat tidak stabil, sehingga lebur dan hancur berkeping-keping dalam satu ledakan Supernova. Tetapi tidak semua bintang mati mengalami Supernova. Sekali lagi, hal ini tergantung dari besarnya massa bintang itu sendiri.
Setelah menjadi Supernova, semua materi yang tersisa segera menyusut, bahkan yang sangat besarpun akan menyusut sampai lenyap. Sisanya adalah ruangan kecil dengan gravitasi yang sangat besar. Bagian ini akan menyedot semua material yang ada didekatnya bahkan cahayapun tak kan mampu lolos dari gravitasinya. Inilah yang disebut sebagai lubang hitam. Semakin banyak materi yang terhisap, semakin besar massa lubang hitam dan semakin besar pula gravitasinya.
Sedangkan bintang kecil yang meledak sebagai Supernova tidak mengakhiri hidupnya menjadi lubang hitam karena tekanan gravitasinya tidak mencukupi untuk melampaui kekuatan atom dan nuklir dalam dirinya yang sifatnya melawan tekanan gravitasi. Sehingga bintang tersebut mati menjadi bintang kecil atau pulsar.

Ada satu pertanyaan yang sangat sering ditanyakan di forum-forum adalah “kalau Matahari kita menjadi lubang hitam, bagaimana nasib planet-planet (terutama Bumi) dalam tata surya?”
Berikut penjelasannya:
Matahari tidak akan mati menjadi lubang hitam karena massanya tidak mampu untuk melakukan proses yang tersebut diatas. Matahari hanya akan berakhir menjadi “bintang kerdil putih” setelah melalui tahap sebagai red giant.
Seandainya Matahari mati menjadi lubang hitam, maka orbit planet-planet dalam tata surya tidak akan berubah karena massa lubang hitam dari Matahari tetap 1 massa matahari. Orbit planet dipengaruhi oleh massa bintang bukan pada bagaimana si massa ini berevolusi dalam bentuk bola raksasa atau sebuah bola tenis. Tetapi tentu saja temperatur di Bumi akan berubah dan kehidupan di Bumi akan menjadi gelap karena tidak ada sumber sinar.
Planet-planet yang mengorbit lubang hitam juga tidak akan terhisap ke dalam lubang hitam karena semakin jauh sebuah obyek maka pengaruh dari gravitasi yang menariknya akan semaki kecil. Dan seandainya Matahari jadi lubang hitam, horizonnya hanya 3 km, dan itu berarti semua planet yang memang berada di luar jarak 3 km itu akan baik-baik saja. Jarak Merkurius saja hampir  60 juta km dari Matahari.
Tapi perlu diingat juga Matahari akan melalui masa dimana ia akan menjadi raksasa merah dan pada saat itu planet-planet seperti Merkurius, Venus dan Bumi sudah ditelan oleh Matahari yang mengembang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar