Sudah sejak lama lampu pijar dipakai orang, menggantikan obor, pelita, dan penerangan dengan gas. Ketika dunia semakin benderang, pikiran pun bertambah cerah. Lampu alternatif dicari dan diselidiki, dan kemudian muncul lampu hemat energi, yang sekarang berangsur banyak digunakan. Sebenarnya, bagaimana cara lampu ini bekerja?
Petir mini
Lampu
pijar bisa bersinar dan membagikan terang karena ada kawat tipis di
dalamnya, yang jika dialiri listrik menjadi panas, membara dan menyala.
Asal energinya memang listrik. Tetapi tidak selamanya listrik bertugas
memanaskan kawat pijar. Ada jenis lampu lain yang berisi gas dan
listriknya dipakai untuk menerbitkan loncatan listrik, semacam petir
mini. Sebagai hasilnya, energi gas menjadi lebih tinggi dari pada
normalnya.
Keadaan dengan tenaga lebih itu tidak
berlangsung lama. Gas lekas turun ke harga semula sambil melepaskan
tambahan energi dari petir mini tadi. Pada beberapa jenis gas, energi
yang dilepas berbentuk cahaya. Ini terjadi misalnya pada lampu natrium,
yang sorotan kuningnya menerangi jalan besar dan pelataran ramai di
pusat kota. Cahaya kuning terbit karena sesaat sebelumnya energi gas
natrium dinaikkan oleh loncatan listrik.
Sangat
efisien, sebagian besar energi listrik beralih menjadi cahaya. Ini
berbeda dari lampu pijar yang tenaga setrumnya banyak terpakai untuk
memanaskan kawat. Sebagian saja yang menjadi terang, sebagian besar
lainnya membuat gerah wilayah di sekeliling lampu.
Yang
sayang dari lampu natrium hanya warnanya. Kuning mencorong, sehingga
benda yang diterangi kehilangan warna aslinya. Bahkan warna kulit
manusia cenderung menjadi keabuan, memunculkan pemandangan seakan
mayat-mayat gentayangan di bawah lampu. Menjadi pertanyaan, mungkinkah
membuat lampu yang efisien tetapi putih cahayanya?
Ultra violet
Akal
ditemukan untuk melibatkan tidak hanya satu, tetapi dua jurus kenaikan
dan penurunan kembali energi. Pertama-tama peningkatan energi
diciptakan dengan loncatan listrik. Mirip sekali dengan lampu natrium,
hanya kali ini diberikannya pada uap merkuri (air raksa). Jika gas
natrium mengeluarkan sinar kuning ketika energinya turun lagi, pancaran
yang dilepaskan uap merkuri adalah ultra violet.
Berbeda
dari cahaya kuning, pancaran ultra violet tidak menyebabkan kesan
terang. Tidak apa, bukan efek cerah yang dimanfaatkan dari ultra
violet, melainkan tenaganya. Yaitu untuk mendongkrak energi bahan
tertentu yang berada di dekatnya, sehingga menyebabkan jurus kenaikan
yang kedua. Pada gilirannya, kenaikan kedua ini di saat luruh akan
melepaskan (ini dia yang ditunggu-tunggu) cahaya putih terang.
Gejala
peralihan ultra violet menjadi cahaya lain dinamai fluoresensi, dan
bahan yang dikenai ultra violet disebut bahan fluoresen. Dalam praktek,
bahan fluoresen dilapiskan pada tabung lampu yang berisi uap merkuri.
Maka terwujudlah lampu fluoresen, atau lampu TL (dari tube luminescent,
tabung bercahaya), dikenal secara awam sebagai “lampu neon” dengan
panjang tabung mulai sekitar 30 cm sampai lebih dari 1 meter.
Serupa
dengan lampu natrium, lampu TL mempunyai efisiensi yang tinggi
sehingga menghemat rekening listrik. Sebuah karakternya ialah ketika
saklar dinyalakan, TL memerlukan waktu tunggu sebelum terang
sepenuhnya. Tetapi kemudian orang mengganti balast konvensional pada
lampu dengan sistem penyala elektronik. Hasilnya menjadi lebih cepat
terang, tidak berkedip-kedip dulu. Porsi listrik yang termanfaatkan
sebagai cahayapun bertambah. Di pihak lain, tabungnya dibuat tidak
panjang tetapi ditekuk atau digulung seperti spiral sehingga lebih
ringkas dan praktis. Keseluruhannya dikenal sebagai “lampu hemat
energi” (CFL, compact fluorescent lamp).
Perhatikan
bahwa TL maupun CFL mengandung merkuri yang beracun. Perlu
kehati-hatian dengan kedua jenis lampu ini. Jika sampai terjatuh dan
pecah, lokasinya harus segera dijauhi, pintu dan jendela dibuka lebar
setidaknya selama 15 menit untuk membersihkan udara.
Dibandingkan
lampu pijar yang terangnya sama, CFL memang lebih mahal. Tetapi ongkos
setrumnya lebih rendah, lagi pula usianya lebih panjang, sehingga
harga pembelian cenderung impas. Yang penting, penghematan energi
terjadi, dan ini adalah isu utama yang mendorong sejumlah negara untuk
beralih ke CFL.
Ganti akrab dengan CFL dan
mengucapkan selamat tinggal kepada lampu pijar, berarti mengurangi
emisi CO2 pada pusat pembangkit listrik dan mengerem pemanasan global.
Australia sudah mengumumkan akan melarang lampu pijar pada tahun 2010.
Di Finlandia, perdana menterinya mengusulkan pelarangan mulai tahun
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar